Penyerobotan hak
asasi sering terjadi di negara kita. Seperti halnya korupsi yang dilakukan oleh
para petinggi di negara ini. mereka tak sadar bahwasanya hal yang mereka ambil
itu harusnya diberikan kepada rakyat miskin. Maklum jika banyak terjadi demo yang
dilakukan oleh rakyat miskin. Seharusnya mereka tak mengambil hak para rakyat
miskin, karena mereka sangat membutuhkan hal tersebut.
Penyerobotan yang
lain seperti pengisian bensin tak bersubsidi yang dilakukan oleh mobil dinas.
Mereka tidak menaati peraturan yang telah ditentukan oleh pemerintah. Mereka
tak sadar apa yang mereka lakukan adalah salah.
Negara Indonesia
bisa menjadi maju apabila hal-hal diatas tak terjadi. Dan rakyat kita yang
miskin tak akan juga melakukan demo jika pemerintah tak seperti itu. Maka kita
berdoa saja semoga hal diatas tak berulang kembali.
Sebenarnya Negara
Indonesia kita ini bisa untuk menanggulangi penyerobotan hak asasi manusia akan
tetapi pemerintahan kita seperti tidak memiliki norma. Ia hanya melihat warga
yang kurang mampu dengan sebelah mata. Dan ia hanya meremehkan hal tersebut. Sehingga
para warga yang kemiskinan sangat kecewa dengan pemerintahan dan sistemnya.
Sabar merupakan
sarapan kita sehari-hari untuk menikmati ketidak nyamanan yang di beri
pemerintahab. Tidak mungkin pula kita sebagai warga Negara indoinesia yang
memiliki hak harus sabar terus menerus. Karna di UUD pun telah tercipta HAK ASASI
manusia. Dan untuk apa pula KOMNAS HAM di dirikan kalau nasib kita sebagai
warga Negara Indonesia masih di serobot hak asasinya.
Kita sebagai
makhluk sosial saling membutuhkan, tidak
mungkin untuk hidup sendiri. Seharusnya pemerintahanitu sadar bahwa tanpa kita
sebagai warga Negara tidak akan ada pemerintah. Karna yang memilih pemerintahan
ialah kita sebagai warga Negara. Tetapi nyatanya yang didapat malah tidak
sesuai dengan harapan . kesalahan terbesar pemerintah ialah ini yaitu
PENYEROBOTAN HAK ASASI yang seakan-akan mereka mampu membeli nyawa kami.
Para manusia
yang berdasi pun juga bertindak seoperi manusia tidak memiliki norma. Kebanyakan
dari mereka nuta akan duniawi dan mengahalal kan segala cara.

