Senin, 07 Desember 2015

Makalah Evaluasi Pembelajaran



BAB I
PENDAHULUAN

A.  Latar Belakang
Seorang calon guru nantinya akan benar-benar dituntut profesional dalam menjalankan tugasnya sebagai seorang pendidik. Di dalam mengajar nantinya seorang guru dituntut untuk bisa memberikan pendidikan yang terbaik sehingga dapat mencapai tujuan pendidikan yang diinginkan.
Dalam hal itu, evaluasi pendidikan merupakan salah satu bagian dari kegiatan yang dilakukan oleh seorang guru untuk mendukung tercapainya tujuan pendidikan tersebut, dan diantara evaluasi yang dilakukan oleh guru yaitu evaluasi hasil belajar, dimana evaluasi ini dilakukan untuk mengukur sejauh kemampuan kognitif, afektif, dan psikomotor siswa setelah menerima materi dan arahan dari seorang guru.
Evaluasi hasil belajar ini sangatlah penting dimana seorang guru harus benar-benar obyektif dan profesional dalam melaksanakannya, karena disini seorang guru akan memutuskan berhasil tidaknya seorang murid.
Evaluasi hanyalah alat dalam mencapai tujuan bukan merupakan tujuan akhir. Dalam dunia pendidikan pada umumnya dan bidang pembelajaran bahasa Indonesia khususnya, penilaian adalah suatu program untuk memberikan pendapat dan penentuan arti atau faedah suatu pengalaman. Yang dimaksud dengan pengalaman adalah pengalaman yang diperoleh berkat proses pembelajaran. Pengalaman tersebut tampak pada perubahan tingkah laku atau pola kepribadian siswa. Pengalaman yang diperoleh siswa adalah pengalaman sebagai hasil belajar siswa di sekolah. Penilaian adalah suatu upaya untuk memeriksa seberapa besar siswa telah mengalami kemajuan belajar atau telah mencapai tujuan belajar dan pembelajaran.

B.  Rumusan Masalah
1.    Apa hakikat evaluasi?
2.    Bagaimana kedudukan evaluasi dalam pembelajaran bahasa?

C.  Tujuan
Mengetahui dan memahami hakikat evaluasi dan kedudukannya dalam pembelajaran bahasa Indonesia.

BAB II
PEMBAHASAN

A.  Hakikat Evaluasi
Secara bahasa (etimologi)  evaluasi berasal dari bahasa Inggris, evaluation, yang berarti penilaian dan penaksiran.[1] Dalam bahasa Arab, dijumpai istilah imtihân, yang berarti ujian, dan khataman yang berarti cara menilai hasil akhir dari proses kegiatan.[2]
Secara terminologi menurut beberapa pakar yang berkompeten dibidangnya, diantaranya :
a.       Oemar Hamalik mengartikan evaluasi sebagai suatu proses penaksiran terhadap kemajuan, pertumbuhan, dan perkembangan peserta didik untuk tujuan pendidikan.[3]
b.      Abudin Nata menyatakan bahwa evaluasi sebagai proses membandingkan situasi yang ada dengan kriteria tertentu dalam rangka mendapatkan informasi dan menggunakannya untuk menyusun penilaian dalam rangka membuat keputusan.[4]
c.       Suharsimi Arikunto, evaluasi adalah kegiatan untuk mengumpulkan informasi tentang bekerjanya sesuatu, yang selanjutnya informasi tersebut digunakan untuk menentukan alternatif yang tepat dalam mengambil keputusan.[5]
d.      Edwind Wandt berpendapat evaluasi adalah: suatu tindakan atau proses dalam menentukan nilai sesuatu.[6]
e.        M. Chabib Thoha, mengutarakan bahwa evaluasi merupakan kegiatan yang terencana untuk mengetahui keadaan objek dengan menggunakan instrumen dan hasilnya dibandingkan dengan tolak ukur untuk memperoleh kesimpulan.[7]
Dari beberapa pengertian evaluasi tersebut, dapat disimpulkan bahwa evaluasi adalah suatu proses dan tindakan yang terencana untuk mengumpulkan informasi tentang kemajuan, pertumbuhan, dan perkembangan peserta didik terhadap tujuan pendidikan baik itu dari aspek kognitif, afektif, maupun psikomotor siswa, sehingga dapat disusun penilaiannya yang dapat dijadikan dasar untuk membuat keputusan.
Dengan demikian evaluasi bukan sekedar menilai suatu aktivitas secara spontan, melainkan merupakan kegiatan untuk menilai sesuatu yang terencana, sistematik dan berdasarkan tujuan yang jelas.[8] Jadi dengan evaluasi diperoleh informasi dan kesimpulan tentang keberhasilan suatu kegiatan, dan kemudian kita dapat menentukan alternatif dan keputusan untuk tindakan berikutnya.
Dalam evaluasi pendidikan ada tiga komponen saling terkait dan merupakan satu kesatuan yang tidak bisa dipisahkan  yaitu pengukuran, tes,  dan penilaian.
Tes merupakan salah satu cara untuk menaksir besarnya kemampuan seseorang secara tidak langsung, yaitu melalui respons seseorang terhadap stimulus atau pertanyaan. Tes merupakan salah satu alat untuk melakukan pengukuran, yaitu alat untuk mengumpulkan informasi karakteristik suatu objek. Objek ini bisa berupa kemampuan peserta didik, sikap, minat, maupun motivasi. Respons peserta tes terhadap sejumlah pertanyaan menggambarkan kemampuan dalam bidang tertentu.
Pengukuran dinyatakan sebagai proses penetapan angka terhadap individu atau karakteristiknya menurut aturan tertentu. Dengan demikian, esensi dari pengukuran adalah kuantifikasi atau penetapan angka tentang karakteristik atau keadaan individu menurut aturan-aturan tertentu.  Keadaan individu ini bisa berupa kemampuan kognitif, afektif dan psikomotor. Pengukuran memiliki konsep yang lebih luas dari pada tes. Kita dapat mengukur karakateristik suatu objek tanpa menggunakan tes, misalnya dengan pengamatan, skala rating atau cara lain untuk memperoleh informasi dalam bentuk kuantitatif.
Penilaian (assessment) memiliki makna yang berbeda dengan evaluasi. Asesmen dalam konteks pendidikan sebagai sebuah usaha secara formal untuk menentukan status siswa berkenaan dengan berbagai kepentingan pendidikan. Asesmen sebagai proses yang menyediakan informasi tentang individu siswa, tentang kurikulum atau program, tentang institusi atau segala sesuatu yang berkaitan dengan sistem institusi. “processes that provide information about individual students, about curricula or programs, about institutions, or about entire systems of institutions”.[9] Berdasarkan berbagai uraian di atas dapat disimpulkan bahwa assessment atau penilaian dapat diartikan sebagai kegiatan menafsirkan data hasil pengukuran.
Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa evaluasi pendidikan adalah suatu  kegiatan yang berisi mengadakan tes, pengukuran, dan penilaian terhadap keberhasilan pendidikan dari berbagai aspek yang menyeluruh, baik kognitif, afektif, dan psikomotoriknya. Selain  itu juga evaluasi dapat diartikan serangkaian upaya untuk mendapatkan informasi dari siswa yang disusun secara sistematis dan berdasarkan  tujuan  instruksional yang selanjutnya dipergunakan untuk pengambilan keputusan.

B.  Kedudukan Evaluasi dalam Pembelajaran Bahasa
Kedudukan evaluasi dalam pembelajaran bahasa sungguh sangat penting, dan bahkan dapat dipandang sebagai bagian yang tak terpisahkan dengan keseluruhan proses pembelajaran. Penting karena dengan evaluasi diketahui apakah pembelajaran tersebut telah mencapai tujuan ataukah belum. Dengan evaluasi juga akan diketahui faktor-faktor apa saja yang menjadikan penyebab pembelajaran tersebut berhasil dan faktor-faktor apa saja yang menjadikan penyebab pembelajaran tidak atau belum berhasil. Tidak hanya itu, dengan evaluasi juga diketahui dimanakah letak kegagalan dan kesuksesan dalam pembelajaran. Dengan diketahuinya semua hal tersebut, akan dapat dijadikan sebagai titik tolak dalam mengadakan perbaikan pembelajaran.[10]
Dalam  memastikan  tercapainya  tujuan-tujuan  pembelajaran yang telah direncanakan sebelumnya, perlu dilaksanakan serangkaian evaluasi. Melalui evaluasi diharapakan diperoleh informasi berkaitan dengan kemampuan yang dimiliki siswa dalam bidang tertentu. Dalam hal ini adalah bidang kebahasaan. Informasi yang dapat diperoleh berupa bahan ajar, metode dan teknik pembelajaran, penyusunan dan penyelenggaraan tes, serta latihan-latihan yang dilakukan. Informasi itu dikaji sebagi dasar untuk menentukan sasaran yang tepat dan dapat dipertanggungjawabkan yang berkualitas.
Sehubungan dengan itu Djiwandono yang dikutip oleh Supriyadi menjelaskan pada hakikatnya kedudukan evaluasi dalam desain pembelajaran adalah ”sebagai bagian akhir dari rangkaian tiga komponen pokok penyelenggaraan pembelajaran, yaitu tujuan pembelajaran, kegiatan pembelajaran, dan evaluasi hasil kegiatan pembelajaran.[11]
Kedudukan evaluasi dalam kegiatan belajar mengajar berada sebelum, selama, dan sesudah kegiatan belajar berlangsung. Selama kegiatan belajar mengajar berlangsung, evaluasi dilakukan dalam interval waktu pelajaran dimulai hingga saat berakhirnya kegiatan belajar mengajar. Interval waktu itu dapat dihitung dalam satuan pendek satu kali pertemuan dan dalam satuan panjang satu semester. Selama kegiatan belajar mengajar dilaksanakan, hendaknya guru mengevaluasi setiap langkah atau kegiatan yang sedang dilaksanakan. Pelaksanaan evaluasi bisa melalui tanya jawab lisan dalam setiap kegiatan belajar mengajar, quiz, tes sub formatif, atau minimal instropeksi diri.  Dari hasil evaluasi tersebut dapat diketahui kelemahan dan kelebihan siswa dalam memahami konsep-konsep yang telah dipelajari, selanjutnya dapat dilaksanakan pengajaran remedial.[12] 
BAB III
PENUTUP

A.  Kesimpulan
Dari pemaparan di atas dapat disimpulkan bahwa evaluasi adalah suatu proses dan tindakan yang terencana untuk mengumpulkan informasi tentang kemajuan, pertumbuhan dan perkembangan (peserta didik) terhadap tujuan (pendidikan), sehingga dapat disusun penilaiannya yang dapat dijadikan dasar untuk membuat keputusan.
Dengan demikian evaluasi bukan sekedar menilai suatu aktivitas secara spontan, melainkan merupakan kegiatan untuk menilai sesuatu yang terencana, sistematik dan berdasarkan tujuan yang jelas. Jadi dengan evaluasi diperoleh informasi dan kesimpulan tentang keberhasilan suatu kegiatan, dan kemudian kita dapat menentukan alternatif dan keputusan untuk tindakan berikutnya.
Kedudukan evaluasi dalam pembelajaran bahasa Indonesia berada pada sebelum, selama, dan sesudah proses pembelajaran bahasa Indonesia berlangsung. Ketika itu seorang pendidik bisa mengevaluasi setiap tahap yang direncanakan, sehingga bisa mengetahui seberapa besar peran peserta didik di dalamnya. Sehingga setelah mengetahui kelemahan yang terjadi evaluasi bisa dilaksanakan dengan maksimal.
B.  Kritik dan Saran
Alhamdulillah tiada harapan dan upaya sedikitpun dari kami kecuali makalah ini dapat bermanfaat bagi segenap pembaca, dan dapat memberikan pengetahuan dan pemahaman kepada kita tentang hakikat evaluasi dan kedudukannya dalam pembelajaran bahasa Indonesia
Dibalik itu semua dengan kemampuan yang penulis miliki tentunya masih banyak kekurangan dan kesalahan dalam makalah ini. Sudilah kiranya memberi teguran dan pembenaran konstruktif bagi kami, terutama dari teman-teman mahasiswa dan ibu dosen pengampu khusunya, dan sebelumnya kami ucapkan banyak terima kasih.


[1] John M. Echols dan Hassan Shadily, Kamus Inggris-Indonesia, 220.                
[2]Abudin Nata, Filsafat Pendidikan Islam, (Jakarta: Gaya Media Pratama, 2005), cet ke-1,hal 183. 
[3]Oemar Hamalik, Pengajaran Unit,(Bandung: Alumni, 1982), hal 106.
[4]Abudin Nata, Filsafat Pendidikan Islam, (Jakarta: Gaya Media Pratama, 2005), cet ke-1,hal 307. 
[5] Suharsimi Arikunto, Dasar-dasar Evaluasi Pendidikan, (Jakarta: Bumi Aksara, 1990), hlm 3
[6]Ramayulis, Metodologi Pendidikan Agama Islam, (Jakarta: Kalam Mulia, 2008), hal. 338
[7] M. Chabib Thaha, Tehnik-tehnik Evaluasi Pendidikan (Jakarta: PT Raja Grafindo, 1990
[8]Ramayulis, Metodologi Pendidikan Agama Islam, (Jakarta: Kalam Mulia, 2008), hal. 221
[9]  Djunaidi Lababa. Pengukuran, Penilaian, dan Evaluasi. 2008. Diakses pada tanggal 13 oktober 2015 (http://evaluasipendidikan.blogspot.co.id/2008/03/pengukuran-penilaian-dan-evaluasi.html)
[10] Irna 'n Rara. Kedudukan Evaluasi Pembelajaran dalam Pendidikan. 2012. Diakses pada tanggal 13 oktober 2015  ( https://www.scribd.com/doc/227339046/Kedudukan-Evaluasi-Pembelajaran-Dalam-Pendidikan)
[11] Supriyadi. Modul Evaluasi Pembelajaran Bahasa Indonesia. 2013. Gorontalo: UNG Press. Hlm 3
[12]Yossy. Evaluasi Pembelajaran. 2012. Diakses pada tanggal 13 oktober 2015 (http://cabishyos12.blogspot.co.id/2012/12/evaluasi-pembelajaran.html)

Tidak ada komentar: